Mana yang lebih menguntungkan: menjahit busana baru atau membeli busana jadi? Dua pilihan itu punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Dua vendor tailor yang tergabung dalam Ikatan Pengusaha Jasa dan Perlengkapan Pesta (Ikapesta) menguraikan jawabannya untuk Anda. Dany Ariyanta dari Initial’D Groom Fashion mengatakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Jika ingin mempertimbangkan biaya, maka membeli busana jadi adalah pilihan tepat. “Tapi harus diingat, busana jadi atau dalam hal ini untuk pengantin pria, belum tentu menyediakan ukuran sesuai yang dibutuhkan,” kata Dany.
Alasan itu diamini pula oleh Ryan Wijanarko, pemilik Black Code Tailor di Jalan Mayjen Sutoyo Nomor 43, Semarang. Menurut Ryan, ukuran busana ready to wear yang benar-benar sesuai dengan bentuk badan tidak selamanya mudah dicari. Meski demikian, “Untuk konsumen yang butuh cepat, praktis, dan ingin harga ekonomis, kami menyarankan untuk membeli busana jadi,” tutur Ryan.
Melayani klien sejak sepuluh tahun lalu, Ryan sejatinya lebih menyarankan klien, khususnya calon pengantin, untuk menjahit busana baru. Selain bisa dibikin sesuai ukuran tubuh, busana tersebut lebih terkesan eksklusif karena didesain khusus. “Karena dengan jahit baru diukur sesuai bentuk badan dan bisa memilih bahan sesuai keinginan klien,” paparnya.
Simpel Setelah beres menentukan akan membeli busana jadi atau membuat busana baru, yang tak kalah jadi pembahasan adalah desain busana itu sendiri. Ryan mengungkap, desain tahun ini mengarah ke gaya elegan nan simpel. “Tepatnya simple elegant well presented body,” jelas Ryan. Untuk warna Ryan mengatakan ada kecenderungan ke arah gelap. Misalnya biru navy atau biru kehitaman. Dany lantas menambahkan, tren global saat ini telah meninggalkan busana pengantin pria model slim atau skinny.
Sebagai gantinya ialah busana potongan vintage yang berbentuk tidak terlalu slim. Namun, di Indonesia tren ini belum terlalu dilirik. “Biasanya tren dunia akan diadaptasi di Indonesia satu atau dua tahun setelahnya. Ini karena wacana fesyen, terutama bagi kaum laki-laki, tidak mudah berubah. Ada ketakutan tertentu seperti apakah tren tersebut pantas diaplikasikan atau tidak,” jelas Dany.
Untuk itu pria yang menekuni profesinya sejak 2011 ini memberi solusi. Dirinya separuh mengikuti tren dunia, separuh pula menyesuaikan tren yang masih beredar di Indonesia. Misal untuk celana ia menggunakan model crop pants atau potongan yang tidak terlalu panjang. Untuk kancing, tren saat ini adalah jas berkancing satu, yang mana memberi kesan klasik.
“Sebelum ini cutting jas menggunakan model kancing dua, namun kancing yang dipasang hanya satu,” tambahnya. Pengusaha yang memusatkan Initial’D Groom Fashion di Forest Hills Citraland Bukit Semarang Baru ini lantas membocorkan tips merawat jas.
Selesai memakai, jas perlu diangin-anginkan dengan keadaan terbalik atau bagian dalam berada di luar, begitu pula sebaliknya. “Setelahnya jas bisa dibawa ke jasa laundry profesional dengan menambah catatan agar hanya dilakukan ‘press only’, bukan di-’dry clean’,” ungkap Dany.