Di era digital ini, mengundang tamu bisa menggunakan undangan elektronik atau kerap disebut e-invitation. Kendati demikian, peminat undangan fisik rupanya tak berkurang. Itu sebabnya bisnis kartu undangan tetap bertahan.

Lima vendor kartu undangan yang tergabung dalam Ikatan Pengusaha Jasa dan Perlengkapan Pesta (Ikapesta), yakni Fothelo Card and Craft, Astina Card, Artec Card and Gift, Ing’s Card, dan Butterfly Card mempunyai tips tentang memesan kartu undangan.

Fothelo Card and Craft
Fothelo Card and Craft

Bagi Angelia Valentine, si empunya Fothelo Card and Craft, kartu undangan adalah cerminan acara. Lantaran itu Angelia menyarankan sang tuan rumah mematangkan terlebih dulu tema acara atau pesta yang diinginkan sebelum akhirnya menentukan konsep kartu undangan. “Misal pesta bertema royal wedding, kartu undangan bisa berwarna merah dan emas. Atau pesta tema romantis, berarti desain, bentuk, juga bahan kartu undangan disesuaikan,” tutur Angelia.

Fothelo Card and Craft yang beralamat di Jalan Brotojoyo Timur 2 No 57B Semarang ini fokus pada pembuatan kartu undangan berupa kerajinan (crafting), bukan percetakan. Tak heran jika bisnis yang mulai dikembangkan sejak 2014 ini selalu menghasilkan kartu undangan unik.

 

Astina Card
Astina Card

Komitmen menciptakan kartu undangan terbaik juga dilakukan Astina Card yang beralamat di Jalan Singosari IV No 5 Semarang. Menurut pemilik Astina Card, Roy Purnomo, selain mendiskusikan warna dan elemen desain yang sesuai dengan tema pesta, klien sebaiknya tidak segan berdiskusi dengan vendor tentang sejauh mana ide-ide kartu undangan dapat terealisasikan. “Seandainya ada keterbatasan teknis dan ide tersebut dipaksakan, pada akhirnya kualitas kartu undangan tersebut justru tidak maksimal,” jelas Roy.

Roy menambahkan, vendor yang kompeten pasti berusaha maksimal meracik dan meramu ide klien dalam semua aspek. Astina Card, misalnya, meski sering mendapat pesanan undangan yang mepet hari H, tetap akan membantu sembari komunikasi ke klien cara menyiasatinya sehingga pesanan bisa jadi tepat waktu dengan hasil berkualitas.

Konsultasi

Artec Card and Gift
Artec Card and Gift

Sejalan dengan Roy, pemilik Artec Card and Gift, Melyssa Thamrin juga menekankan pentingnya komunikasi vendor dengan klien. Menurut dia, itu diperlukan supaya memudahkan kesepakatan desain yang sesuai dengan konsep pesta dan impian tuan rumah. “Komunikasi, termasuk konsultasi itu penting.

Saat konsultasi Artec biasanya menyodorkan tiga alternatif desain sesuai konsep pesta. Dari situ klien bisa memilih maupun merevisi sampai sesuai keinginan,” kata Melyssa.

Agar klien puas, vendor kartu undangan yang beralamat di Jalan Arimbi 4E/11-A dan Jalan Soekarno Hatta H32 Semarang ini mengklaim punya kreativitas unik dan desain yang selalu up to date. Memperhatikan detail pada kartu undangan pun tak luput dilakukan Artec. Misalnya, pemakaian bahan kayu atau tali ranting untuk kesan rustic, atau penggunaan laser cutting atau letter press agar terkesan elegan dan klasik.

Ing’s Card
Ing’s Card

Sementara itu, Ing’s Card sejak 12 tahun silam punya cara jitu untuk memenuhi keinginan pelanggan. Pemilik Ing’s Card, Yohan Hadianto mengungkapkan, lantaran banyak pelanggan yang berasal dari luar Kota Semarang, pihaknya terbuka untuk berkomunikasi lewat media sosial maupun e-mail. Yang terjauh, Ing’s yang beralamat di Jalan Supriyadi 69N Semarang ini pernah dapat klien dari Papua. “Selama ini kami upayakan selalu tepat waktu. Soal harga bisa sedikit lebih miring dari kompetitor, dengan desain dan bahan yang tak kalah berkualitas,” papar Johan.

Agar hasil kartu undangan maksimal, Johan menyarankan klien menghubungi vendor 3-4 bulan sebelum hari perayaan. Durasi ini mencakup satu bulan untuk membahas desain, termasuk revisi. Satu bulan untuk cetak, dan selebihnya untuk membagi kartu undangan ke para tamu.

Butterfly Card
Butterfly Card

Berbeda dari Yohan, Noto Seno dari Butterfly Card justru menganjurkan pemesanan kartu undangan enam bulan sebelum hari H. Seno menyebut, enam bulan dirasa pas untuk menyikapi perubahan tren yang kerap berubah. “Hampir tiap saat ada pergeseran tren. Lantaran itu alangkah baiknya tidak memesan terlalu mepet,” ucap Seno.

Seno mendirikan Butterfly Card sejak 23 Juli 2006, setelah seorang kawannya meminta ia mendesain kartu undangan. Sejak awal berkiprah, vendor yang berlokasi di Jalan Tlogosari Selatan E-19 Semarang ini meyakini bahwa kartu undangan ibarat “pelataran” suatu perayaan. Berbekal itu, Butterfly Card lazimnya menyesuaikan desain undangan dengan dekorasi yang akan digunakan klien. (Sofie Dwi Rifayani-55)